Kazee Summit 2024 Dorong Inovasi AI untuk Masa Depan PR dan Marketing

30 October 2024, 07:40 Cahaya Muslim

Pada era digital yang makin maju seperti sekarang ini, Artificial Intelligence (AI) telah menjadi kekuatan utama yang mendorong perubahan di berbagai sektor. 

Di sisi lain, khususnya di bidang marketing Public Relations (PR), AI telah membuka peluang baru bagi perusahaan untuk berinteraksi dengan audiens secara lebih efektif, personal, dan mendalam. 

Kazee Digital Indonesia sebagai perusahaan data analytics terkemuka di Indonesia akan menghadirkan Artificial Intelligence dalam gelaran Kazee Summit 2024.

Kazee Summit hadir untuk mengeksplorasi bagaimana kecerdasan buatan secara signifikan mengubah cara bisnis menjalankan strategi komunikasi dan pemasaran mereka. 

Dengan tema “PR & Marketing in the Age of Artificial Intelligence“, acara ini akan menjadi wadah bagi para ahli dan praktisi industri untuk berbagi wawasan tentang inovasi yang dihadirkan AI, serta tantangan yang perlu dihadapi di masa depan.

Dengan mempertemukan para pakar dan praktisi, acara ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk memahami tren terbaru di bidang Artificial Intelligence (AI), sekaligus memperluas jaringan dengan profesional dan pemimpin industri yang tengah mengarahkan masa depan PR dan pemasaran di era digital yang makin dinamis.

Para peserta akan memiliki kesempatan untuk mengikuti berbagai sesi yang menggugah pemikiran dan membahas tantangan serta peluang yang muncul dengan memanfaatkan teknologi AI.

Kazee Summit akan menampilkan diskusi dalam berbagai topik penting, seperti masa depan perusahaan di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan. Selain itu, Kazee Summit 2024 juga akan dibuka dengan peluncuran Kazee.AI yang akan diperkenalkan sebagai teknologi buatan anak bangsa.

”Dengan adanya generatif AI, inovasi Kazee.ai bisa meningkatkan produktivitas PR & Marketing 10 kali lipat. Di antaranya adalah kita bisa menghasilkan insight secara instan,” ujar CEO Kazee Digital Indonesia, Ariya Sanjaya.

Beberapa pembicara akan hadir dalam Summit ini, diantaranya Erwin Haryono, Former Director of Communication Bank Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi, Direktur Utama PT POS Indonesia, hingga Radhi Juniantino, Director of Customer Experience.

Selain itu, ada juga Head of Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC) Setyardi Widodo, Reynaldo Panggabean, Senior GM Product Metra Digital Media, Dony Indrawan Manager Communication Relations & CID Pertamina Hulu.

Turut hadir Emilia Basar, Communication Director – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Indra Ardiyanto Lecturer at LSPR & Corcomm Manager GGF, sampai Unggul Yoga Ananta, CEO Olah Karsa.

Ada pula Arfan Arlanda, CEO Jejakin, Nurlaela Arief, Director of Communication SBM ITB, Firsan Nova, CEO Nexus, dan masih banyak lagi pembicara menarik lainnya.

Tertarik untuk bergabung? Kunjungi link ini sekarang untuk informasi lebih lanjut!

 

Share this post
Another Article
Explore the latest insights and trends in social media analytics on the BrandBoss Blog.
Find practical guides and expert tips to help you stay ahead in the digital world.
20-istilah-social-media-listening-yang-penting-anda-ketahui
20 Istilah Social Media Listening yang Penting Anda Ketahui

Seperti diketahui, social media listening membantu para pemilik bisnis untuk melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik.

Dengan data yang berasal dari media sosial, pemilik bisnis dapat memahami di mana kekurangan bisnis mereka serta apa kelebihannya.

Tidak hanya itu, pemilik bisnis juga bisa mengetahui apa yang saat ini sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan strategi apa yang harus dilakukan untuk menarik perhatian mereka.

Sebelum menggunakan tools social media listening untuk memantau atau mendengarkan apa yang terjadi di media sosial, penting bagi Anda memahami setiap istilah-istilah yang ada.

Berikut 20 istilah-istilah sederhana dan singkat yang ada di dalam social media listening.

1. Mention: Sebutan atau penyebutan brand, produk, atau nama perusahaan di media sosial.

2. Hashtag: Tagar yang digunakan untuk mengelompokkan konten berdasarkan topik tertentu. Hashtag membantu memudahkan pencarian mengenai topik serupa.

3. Sentimen Analisis: Pengukuran untuk menilai apakah percakapan tentang merek atau produk cenderung dibicarakan secara positif, negatif, atau netral.

4. Engagement: Seberapa besar interaksi pengguna media sosial dengan konten yang diukur dari likes, comments, dan shares.

5. Impressions: Jumlah total sebuah postingan dilihat berapa kali oleh pengguna di media sosial, meskipun tidak ada interaksi langsung.

6. Reach: Jumlah pengunjung unik yang melihat konten Anda atau akun-akun yang Anda jangkau.

7. Keywords: Kata-kata spesifik yang digunakan untuk memantau percakapan yang relevan di media sosial.

8. Influencer: Orang atau akun yang memiliki pengaruh besar di media sosial untuk memengaruhi opini publik.

9. Social Listening Tool: Alat atau platform yang digunakan untuk memantau dan menganalisis percakapan di media sosial.

10. Real-time Monitoring: Pemantauan percakapan secara langsung dan real-time di berbagai platform media sosial.

11. Competitive Analysis: Analisis terhadap aktivitas dan sentimen yang diterima oleh kompetitor di media sosial.

12. Trending Topic: Topik yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial pada waktu tertentu.

13. User-Generated Content (UGC): Konten yang dibuat dan diposting oleh pengguna tentang brand atau produk di media sosial.

14. Brand Health: Kondisi umum atau seberapa sehat reputasi merek berdasarkan percakapan dan interaksi di media sosial.

15. Engagement Rate: Persentase orang yang terlibat dengan konten (like, komentar, share) dari jumlah total yang melihatnya.

16. Conversion Tracking: Memantau bagaimana interaksi di media sosial berkontribusi pada tindakan yang diinginkan, seperti pembelian atau melakukan pendaftaran.

17. Brand Mention: Sebutan spesifik untuk merek tertentu.

18. Share of Voice: Persentase dari total percakapan yang ditujukan untuk brand Anda dibandingkan dengan kompetitor.

19. Customer Feedback: Ulasan, komentar, dan masukan dari pelanggan yang dibagikan melalui platform media sosial.

20. Virality: Tingkat di mana konten menyebar dengan cepat di media sosial, melalui likes, shares, dan repost

 

Selain 20 istilah di atas, masih banyak lagi istilah-istilah lainnya dari social media listening.

Dengan memahami setiap istilah yang ada, hal tersebut membantu Anda dalam memaksimalkan penggunaan tools social media listening untuk membantu mengembangkan bisnis Anda.

 

23 October 2024, 16:02
contoh-social-media-listening-dan-perbedaannya-dengan-social-media-monitoring
Contoh Social Media Listening dan Perbedaannya dengan Social Media Monitoring

Sudah banyak perusahaan yang berhasil menunjukkan peningkatan karena menggunakan social media listening secara tepat. Saat ini, social media listening menjadi salah satu alat yang penting bagi bisnis untuk memahami apa yang dikatakan pelanggan tentang merek mereka di platform media sosial. 

Namun, banyak yang masih bingung dengan contoh maupun perbedaan antara social media listening dan social media monitoring. Artikel ini akan membantu Anda memberikan penjelasan singkat tentang perbedaan keduanya dan contoh kecilnya.

Perbedaan Social Media Listening dan Social Media Monitoring

Social Media Monitoring: Proses melacak mention atau percakapan yang spesifik tentang merek, produk, atau layanan di media sosial. Kegiatan ini berfokus pada pengumpulan data seperti mention, komentar, atau hashtag yang terkait dengan merek.

Social Media Listening: Tidak hanya memantau mention, tetapi juga menganalisis sentimen, tren, dan pola yang muncul dari percakapan tersebut. Social media listening membantu bisnis mendapatkan wawasan lebih dalam untuk membuat keputusan strategis, sementara social media monitoring lebih fokus pada pelacakan dan pemantauan data.

Social Media Monitoring: Melacak mention dan komentar secara real-time, berfokus pada data.

Social Media Listening: Menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi tren dan pola serta mendapatkan wawasan strategis.

Contoh Social Media Monitoring dan Listening

Salah satu contoh sederhana dari social media listening dan monitoring adalah sebagai berikut. Jika media monitoring menginformasikan bahwa 100 orang menyebutkan produk Anda di X, social media listening akan memberi tahu apa yang mereka rasakan tentang produk itu.

Anda dapat mengetahui apakah ulasan mereka positif atau negatif, dan bagaimana tren ini berkembang dari waktu ke waktu.

Contoh studi kasus yang bisa diambil dalam hal ini adalah restoran atau bisnis kuliner. Misalnya, ada bisnis yang memutuskan untuk menggunakan social media listening untuk menggali wawasan dari percakapan pelanggan di media sosial. 

Restoran ini ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana orang berbicara tentang restoran mereka, kualitas makanan, layanan, dan suasana restoran di media sosial seperti Instagram, X, hingga Facebook.

Pihak restoran bisa memulai dengan mengidentifikasi kata kunci dan hashtag yang paling sering digunakan oleh pelanggan mereka.

Mereka dapat menggunakan alat social media listening untuk melacak sebutan dan percakapan tentang restoran di berbagai platform media sosial, tidak hanya mention langsung tetapi juga ulasan dan percakapan tak langsung yang menyebutkan restoran mereka.

Kemudian, setelah mengumpulkan data, restoran ini bisa memanfaatkan social media listening untuk menganalisis sentimen. Dari sini, didapatkan berbagai macam pola menarik, seperti ada pelanggan yang memuji rasa makanan tertentu dan memahami apa saja yang dikeluhkan oleh mereka. 

Dengan wawasan yang diperoleh dari social media listening, restoran tersebut dapat melakukan beberapa tindakan strategis:

  • Memperbaiki Layanan Pelanggan: Mereka segera mengadakan pelatihan untuk para staf serta menambah staf pada jam-jam sibuk untuk memastikan bahwa layanan lebih cepat dan efisien.
  • Menambah Menu Favorit: Berdasarkan permintaan konsumen yang mereka temukan dari social media listening, restoran ini bisa memutuskan untuk menambahkan beberapa hidangan yang menjadi favorit pelanggan
  • Meningkatkan Pengalaman Visual di Instagram: Karena banyak pelanggan berbagi foto makanan di Instagram, restoran mulai membuat presentasi makanan yang lebih menarik dan estetis.
  • Mereka juga membuat spot "Instagrammable" di dalam restoran untuk mendorong lebih banyak pelanggan membagikan pengalaman bersantap mereka secara visual.

Hasil Social Media Listening

Hasilnya, setelah menerapkan langkah-langkah ini, restoran tersebut dapat melihat peningkatan yang signifikan dalam ulasan positif di media sosial. 

Banyak pelanggan memuji peningkatan dalam kecepatan layanan dan berbagai aspek lainnya. Itu hanya satu dari banyaknya contoh dari penggunaan social media listening yang bermanfaat bagi bisnis. 

 

Apakah Anda ingin mencoba menggunakan social media listening? Klik di sini sekarang!

 

26 September 2024, 16:06
social-media-listening-untuk-industri-fb
Social Media Listening untuk Industri F&B

Bagi industri Food & Beverage (F&B), penting sekali untuk memahami preferensi pelanggan. Saat ini, mengetahui pendapat pelanggan sudah sangat mudah dengan adanya media sosial.

Kebanyakan konsumen akan langsung berbagi pengalaman mereka terkait makanan, restoran, dan brand favorit mereka.

Oleh karena itu, social media listening menjadi alat yang sangat berharga bagi perusahaan F&B untuk memahami konsumen, memantau reputasi, dan menemukan peluang baru.

Artikel ini akan membahas bagaimana social media listening dapat membantu bisnis F&B untuk tetap relevan dan meningkatkan kehadiran mereka di pasar.

Mengapa Social Media Listening Penting untuk Industri F&B?

Di industri F&B, presensi konsumen dapat berubah dengan cepat. Social media listening membantu bisnis F&B memahami persepsi konsumen, menangani keluhan secara cepat, dan memanfaatkan tren terbaru sebelum pesaing mengetahuinya. 

Selain itu, media sosial sering kali menjadi tempat di mana pelanggan berbicara secara jujur tentang pengalaman mereka sehingga dapat memberikan wawasan yang sangat berharga.

Manfaat Social Media Listening untuk Industri F&B

1. Memahami Preferensi Pelanggan

Melalui social media listening, bisnis F&B dapat memahami apa yang disukai atau tidak disukai pelanggan mereka. Konsumen sering kali berbicara tentang rasa makanan, variasi menu, pelayanan, atau bahkan suasana di restoran. 

Dengan mendengarkan percakapan ini, bisnis dapat menyesuaikan produk dan layanan mereka sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.

2. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan

Social media listening memungkinkan bisnis untuk mendeteksi keluhan pelanggan dengan cepat dan menanggapinya secara langsung. Dengan memberikan solusi yang cepat dan efektif, perusahaan dapat mencegah masalah kecil berubah menjadi krisis yang lebih besar, sekaligus meningkatkan loyalitas pelanggan.

3. Memantau Tren Makanan dan Minuman Terbaru

Tren dalam industri makanan dan minuman sering muncul dari media sosial. Konsumen sering berbagi tentang makanan yang sedang populer, seperti minuman kekinian atau jenis hidangan baru. 

Social media listening membantu bisnis F&B dapat mengikuti tren yang ada dan memasukkannya ke dalam menu atau kampanye pemasaran mereka sehingga tetap relevan dan menarik bagi konsumen.

4. Memantau Kompetitor untuk Mendapatkan Wawasan Pasar

Social media listening membantu memantau aktivitas dan ulasan tentang kompetitor. Melalui hal ini, perusahaan dapat melihat apa yang dilakukan pesaing mereka dengan baik dan di sisi mana mereka gagal. 

Insight ini dapat membantu bisnis mengidentifikasi peluang untuk menawarkan sesuatu yang lebih baik atau berbeda dari kompetitor.

5. Mengukur Efektivitas Campaign

Melalui social media listening, bisnis F&B dapat memantau dampak kampanye pemasaran mereka secara real-time. Misalnya, setelah meluncurkan promosi atau kampanye baru, Anda dapat melihat seberapa sering kampanye tersebut disebutkan di media sosial, bagaimana sentimen publik, dan apakah ada peningkatan keterlibatan atau kunjungan ke restoran.

 

17 September 2024, 02:12