Manfaat Face Recognition Dalam Absensi Kerja
Face recognition dalam absensi kerja bisa menjadi salah satu solusi dari banyaknya permasalahan saat melakukan absensi. Tidak jarang, banyak karyawan yang mengeluhkan ketidaksesuaian rekapan absennya di akhir bulan.
Alasannya karena ternyata absensi mereka tidak tercatat dengan baik disebabkan error saat melakukan absensi. HRD juga kebingungan karena hasil review bulanan juga berdasarkan catatan kehadiran para karyawan.
Oleh sebab itu, untuk menghindari masalah ini, face recognition bisa menjadi jawabannya. Apa saja manfaat face recognition lainnya? Berikut penjelasannya.
Mengapa Face Recognition Penting?
Seperti diketahui, face recognition adalah sistem absensi yang mengidentifikasi wajah untuk mencatat kehadiran secara otomatis. Karyawan yang melakukan absensi harus menunjukkan wajahnya agar absensi bisa tercatat dengan baik.
Apa saja manfaat dari face recognition ini?
Pertama, meminimalisir kecurangan. Tidak ada lagi istilahnya titip absen atau rekapan absensi dimanipulasi. Sebab, face recognition memperjelas bahwa karyawan tersebut benar-benar melakukan absensi.
Jadi, HRD cukup melihat riwayat dari awal bulan untuk memastikan apakah benar karyawan datang ke kantor dan melakukan absensi dengan wajahnya sendiri? Dari sana, HRD tidak akan kesulitan lagi untuk melakukan review setiap bulannya.
Kedua, memastikan karyawan datang ke kantor. Face recognition memastikan bahwa karyawan melakukan absensi di area kantor. Saat melakukan absensi, akan terlihat suasana di belakang atau sekitar karyawan. Tentunya, HRD akan mengetahui dengan mudah mengenai lingkungan kantor.
Sistem face recognition juga umumnya tidak bisa berfungsi saat karyawan jauh dari area kantor.
Ketiga, absen lebih cepat dan mudah. Face recognition mempersingkat waktu absensi. Anda cukup mengarahkan ponsel ke wajah dan tersenyum. Absensi Anda pun akan tercatat dengan baik.
Anda bisa melakukannya di ponsel masing-masing sehingga tidak perlu mengantre untuk melakukan absensi scan jempol. Tidak hanya itu, prosesnya juga membantu Anda agar lebih cepat fokus terhadap pekerjaan.
Keempat, kemudahan integrasi data. Dengan software face recognition, Anda tidak hanya sekadar bisa melakukan absensi. Akan tetapi, data Anda akan terintegrasi dengan mudah dalam sistem HRD sehingga bisa merasakan fitur-fitur lainnya, seperti pengajuan cuti yang mudah, adanya task management, hingga mudahnya mengunduh payroll.
Kelima, memberikan pengalaman menyenangkan. Face recognition dapat meningkatkan produktivitas karena memberikan pengalaman menyenangkan bagi setiap karyawan dalam melakukan absensi.
Saat melakukan absensi dengan wajah, karyawan dapat melihat betapa segarnya diri mereka di pagi hari. Dari sini, karyawan akan merasakan suasana yang positif dan meningkatkan motivasi untuk semangat bekerja.
Rekomendasi Software untuk Face Recognition untuk Absensi Kerja
Supaya face recognition bisa berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan pula rekomendasi software yang bagus. Salah satu rekomendasi software face recognition yang bisa Anda coba adalah Waktoo Human Resource Management (HRM).
Waktoo memudahkan sistem absensi Anda dengan fitur yang komprehensif. Selain itu, tidak hanya face recognition, Waktoo juga memiliki banyak fitur lain yang menunjang produktivitas dalam bekerja.
HRD akan merasa terbantu dengan platform ini. Contoh fitur lain yang ada dalam Waktoo HRM ini adalah pengaturan shift kerja, pengajuan administratif mandiri, adanya pengumuman dan kuesioner, hingga attendance management.
Jadi, karyawan dan HRD bisa mengurus segala macam permasalahan administrasi pekerjaan hanya dalam satu platform. Misalnya, karyawan ingin mengajukan cuti pada hari tertentu.
Karyawan tidak perlu membuat surat atau melalui proses rumit lainnya. Karyawan hanya perlu membuka aplikasi Waktoo dan mengajukan secara mandiri lewat aplikasi tersebut. Di sana, sudah disediakan fitur pengajuan yang sangat jelas, mulai dari ingin ingin cuti tanggal berapa dan pengisian alasannya.
Nantinya, HRD tinggal menyetujui pengajuan cuti tersebut. Setelah disetujui, Anda pun bisa cuti dengan tenang tanpa harus khawatir permasalahan absensi. Terakhir, Waktoo juga memiliki fitur payroll sehingga permasalahan gaji, pajak, hingga tunjangan dapat terhitung dengan baik.
Karyawan tidak perlu khawatir HRD salah menghitung dengan fitur ini. Dengan Waktoo, perusahaan bisa mengefektifkan permasalahan administrasi. Jadi, para karyawan bisa fokus untuk meningkatkan kinerja agar bisa membantu perusahaan berkembang.
Find practical guides and expert tips to help you stay ahead in the digital world.
.png)
.png)
Sudah banyak perusahaan yang berhasil menunjukkan peningkatan karena menggunakan social media listening secara tepat. Saat ini, social media listening menjadi salah satu alat yang penting bagi bisnis untuk memahami apa yang dikatakan pelanggan tentang merek mereka di platform media sosial.
Namun, banyak yang masih bingung dengan contoh maupun perbedaan antara social media listening dan social media monitoring. Artikel ini akan membantu Anda memberikan penjelasan singkat tentang perbedaan keduanya dan contoh kecilnya.
Perbedaan Social Media Listening dan Social Media Monitoring
Social Media Monitoring: Proses melacak mention atau percakapan yang spesifik tentang merek, produk, atau layanan di media sosial. Kegiatan ini berfokus pada pengumpulan data seperti mention, komentar, atau hashtag yang terkait dengan merek.
Social Media Listening: Tidak hanya memantau mention, tetapi juga menganalisis sentimen, tren, dan pola yang muncul dari percakapan tersebut. Social media listening membantu bisnis mendapatkan wawasan lebih dalam untuk membuat keputusan strategis, sementara social media monitoring lebih fokus pada pelacakan dan pemantauan data.
Social Media Monitoring: Melacak mention dan komentar secara real-time, berfokus pada data.
Social Media Listening: Menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi tren dan pola serta mendapatkan wawasan strategis.
Contoh Social Media Monitoring dan Listening
Salah satu contoh sederhana dari social media listening dan monitoring adalah sebagai berikut. Jika media monitoring menginformasikan bahwa 100 orang menyebutkan produk Anda di X, social media listening akan memberi tahu apa yang mereka rasakan tentang produk itu.
Anda dapat mengetahui apakah ulasan mereka positif atau negatif, dan bagaimana tren ini berkembang dari waktu ke waktu.
Contoh studi kasus yang bisa diambil dalam hal ini adalah restoran atau bisnis kuliner. Misalnya, ada bisnis yang memutuskan untuk menggunakan social media listening untuk menggali wawasan dari percakapan pelanggan di media sosial.
Restoran ini ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana orang berbicara tentang restoran mereka, kualitas makanan, layanan, dan suasana restoran di media sosial seperti Instagram, X, hingga Facebook.
Pihak restoran bisa memulai dengan mengidentifikasi kata kunci dan hashtag yang paling sering digunakan oleh pelanggan mereka.
Mereka dapat menggunakan alat social media listening untuk melacak sebutan dan percakapan tentang restoran di berbagai platform media sosial, tidak hanya mention langsung tetapi juga ulasan dan percakapan tak langsung yang menyebutkan restoran mereka.
Kemudian, setelah mengumpulkan data, restoran ini bisa memanfaatkan social media listening untuk menganalisis sentimen. Dari sini, didapatkan berbagai macam pola menarik, seperti ada pelanggan yang memuji rasa makanan tertentu dan memahami apa saja yang dikeluhkan oleh mereka.
Dengan wawasan yang diperoleh dari social media listening, restoran tersebut dapat melakukan beberapa tindakan strategis:
- Memperbaiki Layanan Pelanggan: Mereka segera mengadakan pelatihan untuk para staf serta menambah staf pada jam-jam sibuk untuk memastikan bahwa layanan lebih cepat dan efisien.
- Menambah Menu Favorit: Berdasarkan permintaan konsumen yang mereka temukan dari social media listening, restoran ini bisa memutuskan untuk menambahkan beberapa hidangan yang menjadi favorit pelanggan
- Meningkatkan Pengalaman Visual di Instagram: Karena banyak pelanggan berbagi foto makanan di Instagram, restoran mulai membuat presentasi makanan yang lebih menarik dan estetis.
- Mereka juga membuat spot "Instagrammable" di dalam restoran untuk mendorong lebih banyak pelanggan membagikan pengalaman bersantap mereka secara visual.
Hasil Social Media Listening
Hasilnya, setelah menerapkan langkah-langkah ini, restoran tersebut dapat melihat peningkatan yang signifikan dalam ulasan positif di media sosial.
Banyak pelanggan memuji peningkatan dalam kecepatan layanan dan berbagai aspek lainnya. Itu hanya satu dari banyaknya contoh dari penggunaan social media listening yang bermanfaat bagi bisnis.
Apakah Anda ingin mencoba menggunakan social media listening? Klik di sini sekarang!
.png)
